Tim Penyuluh Hukum Ahli Madya Kantor Wilayah Kementerian Hukum DK Jakarta yang terdiri dari Tri Puji Rahayu dan Mirna Tiurma turut hadir dan memberikan pembekalan materi dalam kegiatan Dialog Interaktif Manajemen Konflik dan Penanganan Konflik Sosial dari Masyarakat di Jakarta Selatan yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta Selatan bertempat di Aula Lantai 6 Kantor Walikota Jakarta Selatan. (Selasa,15/07/2025)
Kegiatan ini dibuka oleh Asisten Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Peserta yang mengikuti terdiri dari 100 orang berasal dari unsur FKDM (Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat), Kepala RW, Kepala RT dan Karang Taruna dari 7 (tujuh) kelurahan yang ada di Kecamatan Tebet.
Narasumber dari Dosen Pengajar di STIK-PTIK (Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian) Dr. Sidratahta Mukhtar mengutarakan penangangan konflik dari sudut pandang politik, bahwa Masyarakat Jakarta sekarang ini kurang interaksi non digital dan kurang rasa guyub. Konflik terjadi yang muncul disebabkan oleh ujaran kebencian dan politik identitas (dalam artian perbedaan friksi di etnis dan agama). “Anatomi konflik diperlukan, pemanfaatan potensi dan penanganan konflik diselesaikan secara adat yang berlaku. Gunakan outsider (pihak luar) untuk resolusi pihak yang berkonflik” ujar Sidratahta.
Sedangkan Kepala Pusat Pendidikan Kementerian Agama, Dr Syafi’i menyoroti bahwa Indonesia adalah Negara Beragama bukan Negara Agama. Negara Agama menjadikan ideologi tertentu sebagai satu-satunya. Sedangkan Negara Beragama tidak. “Konflik di Masyarakat terjadi salah satunya karena agama. Jadikan agama sebagai perekat sosial. Nilai-nilai agama diketemukan di Pancasila” Ungkap Syafii.
Dalam menajemen konflik sosial perlu mengidentifikasi konflik dengan mengenali akar penyebab konflik, mengambil langkah proaktif, mengelola konflik dan mencegah konflik berulang. Konflik sosial kerap terjadi di Kawasan padat penduduk. Salah satu konflik sosial adalah kenakalan remaja yakni tawuran. “Tawuran merupakan penyakit sosial. Anak-anak akan meniru dan melihat lingkungannya. Pola asuh keluarga, komunikasi dan kolaborasi menjadi kunci. Kolaborasi semua pihak dari orangtua, guru dan Sekolah, tokoh pemuda dan masyarakat RT/RW agar memfasilitasi dan memberi kesempatan mereka terlibat dalam bentuk kegiatan-kegiatan positif.” Ujar Puji menutup kegiatan.